Keunggulan dan Karakteristik Sapi Madura Yang Banyak Diburu Pedagang Sapi Kurban
Menurut wikipedia, Sapi Madura adalah sapi potong lokal asli Indonesia hasil persilangan antara banteng dengan bos indicus atau sapi Zebu yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan penyakit.
Karakteristik Sapi Madura
Sapi Madura memiliki karakter fisik yang tidak jauh berbeda dengan induk aslinya yakni banteng dan sapi zebu. Sapi Madura baik yang mendiami Pulau Sapudi, maupun Pulau Madura dan sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Warna kulit cokelat kemerahan
Pada daerah kaki depan dan belakang serta abdomen berwarna agak keputih-putihan dengan batas gariswarna yang tidak jelas
Umumnya bertanduk pendek, pada jantan lebih panjang dari betina. Tanduk pada jantan bisa mencapai 10-20 cm.
Punuk pada sapi Madura relatif kecil.
Selain ciri-ciri fisik, menurut Karnaen dan Arifin (2007), sapi Madura secara fisiologis dan biologi memiliki ciri-ciri :
Usia pubertas sapi Madura berkisar antara 510-640 hari
Rata-rata panjang siklus birahi pada musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan siklus birahi pada musim hujan, sebaliknya rata-rata lama periode birahi pada musim hujan lebih pendek dibandingkan dibandingkan dengan lama periode birahi pada musim kemarau
Beberapa sifat reproduksi dan produksi sapi Madura pada musim hujan dan musim kemarau tidak sama.
Keunggulan Sapi Madura
Sapi Madura memiliki keunggulan yang sangat menguntungkan dan mendukung peternakan dengan cara tradisional. Maksud dalam hal ini, sifat sapi Madura yang tahan iklim tropis, bertahan dalam kualitas pakan yang kurang bagus, serta lebih tahan dari penyakit infeksi menjadikan sapi ini primadona bagi peternak yang tidak perlu mengeluarkan cost produksi terlalu tinggi
Sapi Madura merupakan sapi potong yang sangat mudah dipelihara. Selain itu, Sapi Madura juga menjadi sapi adat dimana diperuntukkan budaya ‘Karapan Sapi’ oleh masyarakat asli suku Madura. Tenaga sapi Madura juga banyak dimanfaatkan peternak untuk membantu pekerjaan baik berladang maupun berkebun serta sebagaialat transportasi sederhana untuk menjalankan kereta.
Untuk meningkatkan populasi sapi Madura juga mudah dilakukan dengan intensifikasi pemuliaan bibit ternak. Keunggulan sapi Madura yang mudah dibiakkan karena angka konsepsi yang tinggi seharusnya menjadikan populasi sapi Madura dapat terus meningkat dari tahun ke tahun. Usaha lain adalah dengan menyilangkan sapi Madura dengan jenis sapi lain, namun alangkah lebih baik jika mutu genetik yang asli dari sapi Madura tetap dipertahankan, sehingga plasma nutfah dari sapi Madura tetap terjaga.
Pentingnya Pemuliaan Sapi Madura
Kasubdit Pemuliaan Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Abdul Karnaen menyampaikan bahwa sumber daya genetik merupakan unsur penting dalam pemuliaan ternak terutama untuk mendapatkan bibit bermutu. Sumber daya genetik tersebut perlu dimanfaatkan dan dilestarikan demi menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia seharusnya bangga mempunyai sumber daya genetik hewan yang cukup banyak dan beragam seperti kambing gembrong, domba garut, sapi bali, dan sapi Madura. Pengelolaan sumber daya genetik hewan bisa dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan misalnya pembudidayaan, pemuliaan, eksplorasi, konservasi dan penetapan kawasan pelestarian.
Guna mendorong pengembangan ternak sapi lokal untuk menopang kebutuhan daging sapi di dalam negeri. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Pelaihari bekerjasama dengan UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Madura milik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyusun sejumlah langkah pengembangan Sapi Madura.
Pertama, kedua UPT tersebut melaksanakan penjaringan ternak-ternak unggul yang hasilnya akan ditampung oleh BPTU HPT dan akan dikembangkan sebagai calon pejantan atau indukan unggul. Penjaringan ternak unggul dilakukan di UPT dan Kelompok Ternak, bukan di Pasar Hewan.
Kedua, UPT mewacanakan pertukaran Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) antar kedua UPT tersebut, sehingga seluruh pihak saling bertanggung jawab terhadap pengembangan Sapi Madura.
Kepala BPTU HPT Pelaihari, Ir. Tohir, MP menyampaikan bahwa sinergitas antara dua UPT tersebut dinilai perlu dilakukan untuk mendorong populasi dan produktivitas Sapi Madura. Pertukaran Wasbitnak pun dapat dilakukan, sehingga kedua UPT lebih intensif dalam mengupayakan percepatan pengembangan Sapi Madura.
“Sinergi antara dua UPT milik pemerintah yang bergerak di bidang pembibitan ternak Sapi Madura ini sangat penting dilakukan dan sangat perlu untuk terus diupayakan. Kita perlu bertanggung jawab bersama terhadap pengembangan Sapi Madura,” ungkap Tohir dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/5/2016).
Wasbitnak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Abdurrahman Arraushany menjelaskan, Sapi Madura merupakan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) asli Indonesia yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
“Awalnya, sapi jenis ini hanya berkembang biak di Pulau Madura dan beberapa pulau di sekitarnya, dan sejumlah wilayah di Jawa Timur yang memiliki populasi suku Madura cukup banyak seperti Jember, Bondowoso, dan Pasuruan,” kata Abdurrahman.
Saat ini, Sapi Madura tercatat telah menyebar ke beberapa provinsi lain seperti Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Meski kalah pamor dengan Sapi Bali, sapi Madura memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan dan menjadi sumber protein hewani masyarakat Indonesia.
Menurut catatan sejarah, masyarakat telah mengenal Sapi Madura sejak Abad 14 M. Pemerintah secara de jure mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No 3735/Kpts/HK.040/11/2010 Tahun 2010 tentang Penetapan Rumpun Sapi Madura.
Pada tahun yang sama, Gubernur Jawa Timur lalu mengeluarkan Pergub no 59/2010, yang menyebut provinsi itu akan memaksimalkan pengembangan Sapi Madura sekaligus berupaya meningkatkan kesejahteraan peternak sapi Madura.
Uji Performans
Uji Performans merupakan salah satu upaya yang diinisiasi Pemerintah untuk meningkatkan jumlah dan mutu genetik ternak dengan jalan memilih ternak berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif dari ternak yang bersangkutan. Kegiatan uji performan ini erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran ternak dan recording (pencatatan). Kegiatan Uji Performan tidak dapat dipisahkan dengan program dan kegiatan perbibitan ternak sapi potong nasional. Karena uji performans merupakan ruh dari program pembibitan secara nasional.
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Keswan Madura, Drh. Indra Subekti menyampaikan pelaksanaan uji performans pada sapi Madura telah dilaksanakan sejak tahun 2010. “Kami telah melaksanakan kegiatan Uji Performans sejak 2010, dimana lebih dari 5.000 ekor ternak yang telah kami lakukan pengukuran. Datanya pun lengkap, sehingga data ini bisa kita gunakan untuk pengambilan kebijakan pengembangan Sapi Madura ke depan.” Ungkap Indra. Indra mencatat tahun 2015 yang lalu tak kurang dari 16 kelompok ternak telah dijadikan sasaran pelaksanaan uji performans. Dari 16 kelompok tersebut, lebih dari 800 ekor ternak yang telah diukur dan dicatat dalam setahun.
“Pada 2014 lalu kami melakukan pengukuran dan pencatatan Sapi Madura baik di Pulau Sapudi yang menjadi sentra wilayah pembibitan Sapi Madura maupun di Madura daratan. Di Pulau Sapudi telah diukur sebanyak 2.211 ekor Sapi Madura. Dari jumlah tersebut sebanyak 17%-nya lolos SNI dan kami terbitkan SKLB (Surat Keterangan Layak Bibit). Di Madura daratan, tak kurang dari 560-an ekor telah kami ukur dan sekitar 35%-nya kami terbitkan SKLB,” tambah Indra.
Keunggulan lain sapi Madura memiliki tulang kecil sehingga dalam hal persentase daging atau meat yield sangat bagus. Kualitas daging sapi Madura jantan juga super dengan warnanya yang merah cerah dan sedikit lemak bahkan hampir bisa dikatakan lean alias tanpa lemak. Sapi Madura juga merupakan jenis sapi yang tahan dengan kondisi cuaca panas dan juga adaptasi pakan yang bagus meskipun dengan jenis pakan yang jelek. Dengan berbagai keunggulan tersebut maka layak jika sapi Madura harus semakin dikembangkan dan diternakkan baik di pulau Madura sebagai asal sapi tersebut maupun didaerah lainnya. Di dalam banyak literatur peternakan, sapi Madura dikenal sebagai salah satu bangsa sapi tropis yang ada di dunia, berkembang baik di pulau Madura dan sekitarnya. Populasi sapi Madura mencapai 600.000 ekor lebih sehingga menjadikan pulau Madura sebagai pulau dengan tingkat kepadatan ternak sapi “terpadat di dunia”.
Tercatat dalam sejarah, kongres dokter hewan dan ahli peternakan Indonesia di Pamekasan tahun l925 menghasilkan keputusan yang menjadi cikal bakal staadblaat No.57 tahun l934 yang mengatur diantaranya tentang pemurnian sapi Madura di Pulau Madura dan sapi bali. Revisi staadblaat No.57 tahun l934 dengan UU No.6 tahun l976 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan dan terakhir direvisi kembali dengan UU No.l8 tahun 2009 tentang Kesehatan Hewan dan Peternakan masih mencantumkan pasal Pemurnian sapi Madura di Pulau Madura, artinya kebijakan terhadap pemurnian sapi Madura sebagai salah satu kekayaan plasma nutfah tetap dipertahankan. Hal tersebut diperkuat pula dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3735/kpts/Hk.040/11/2010 tanggal 23 november 20l0 penetapatan sapi Madura sebagai rumpun ternak lokal Indonesia.
Sekilas Tentang Karapan Sapi Di Pula Madura
Sejarah awal mula Karapan Sapi tidak diketahui secara pasti, tapi berdasarkan sumber lisan yang diwariskan turun temurun, diketahui Karapan Sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur buat lahan pertanian. Suatu hari, seorang ulama Sumenep, Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) ngenalin cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal masyarakat Madura dengan sebutan nanggala atau salaga yang ditarik pakai dua ekor sapi.
image: http://lh4.ggpht.com
Berangkat dari ketekunan bagaimana cara ia membajak sapi bekerja mengolah tanah persawahan yang berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur dan membawa hasil positif, tentu masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Papua Sapudi yang semula gersang jadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.
Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah Pangeran Katandur punya inisiatif ngajak warga di desanya untuk ngadain balapan sapi. Area tanah sawah yang udah dipanen dimanfaatin jadi arenanya. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Katandur itu yang sampai sekarang terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Cuma namanya aja yang diganti jadi lebih populer: “Karapan Sapi”.
Buat mereka yang mau ikutan lomba Karapan Sapi harus ngeluarin kocek yang nggak dikit buat melatih dan merawat sapi-sapi yang bakal bertanding. Buat ngebentuk tubuh sepasang sapi yang mau ikut Karapan, diperlukan biaya sampai Rp 4 juta biar sapi-sapinya sehat dan kuat. Sapi-sapi juga dikasih aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari sampai menjelang hari Karapan.
image: http://budaya.ijomuda.com
Ada peran magis religius di ajang Karapan Sapi ini lho, Guys. Ada perhitungan-perhitungan tertentu bagi sang pemilik sapi yang sebelum bertanding ngucapin mantra-mantra tertentu dan ada seorang dukun yang bakal mengusahakannya. Setiap tim pasti punya seorang dukun sebagai “tim ahli” untuk memenangkan perlombaan.
image: https://aws-dist.brta.in
Pada Karapan Sapi ini ada seorang joki dan dua ekor sapi yang di “paksa” berlari sekencang mungkin sampai garis finish. Joki berdiri menarik sejenis kereta kayu sambil ngendaliin gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung selama sepuluh detik sampai satu menit.
image: http://hotelku.co.id/
Pelaksanaan Karapan Sapi terbagi jadi empat babak. Babak pertama, semua sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Di babak ini semua sapi yang menang atau kalah bisa bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya. Babak kedua atau babak pemilihan kembali. Pasangan sapi pada kelompok menang bakal dipertandingkan lagi, sama halnya sapi-sapi di kelompok kalah, pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah nggak boleh bertanding lagi kecuali beberapa pasang sapi yang menempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
image: https://cdn.sindonews.net
Babak ketiga atau semifinal, pada babak ini masing-masing sapi yang menang di masing-masing kelompok diadu lagi buat nentuin tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok yang kalah. Babak keempat inilah finalnya. Sapi-sapi diaduin lagi buat nentuin juara 1, 2, dan 3 dari kelompok kalah. Piala Presiden inilah yang cuma dikasih ke juara kelompok yang menang.
Pengertian kata karapan adalah adu sapi memakai kaleles. Kaleles adalah sarana pelengkap buat dinaiki sais atau joki yang menurut istilah Madura disebut tukang tongko. Sapi-sapi yang bakal dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga jadi pasangan yang satu.
Sumber:http://web.bptukdi.info, damniloveindonesia.com dan sumber lainnya
Karakteristik Sapi Madura
Sapi Madura memiliki karakter fisik yang tidak jauh berbeda dengan induk aslinya yakni banteng dan sapi zebu. Sapi Madura baik yang mendiami Pulau Sapudi, maupun Pulau Madura dan sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Warna kulit cokelat kemerahan
Pada daerah kaki depan dan belakang serta abdomen berwarna agak keputih-putihan dengan batas gariswarna yang tidak jelas
Umumnya bertanduk pendek, pada jantan lebih panjang dari betina. Tanduk pada jantan bisa mencapai 10-20 cm.
Punuk pada sapi Madura relatif kecil.
Selain ciri-ciri fisik, menurut Karnaen dan Arifin (2007), sapi Madura secara fisiologis dan biologi memiliki ciri-ciri :
Usia pubertas sapi Madura berkisar antara 510-640 hari
Rata-rata panjang siklus birahi pada musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan siklus birahi pada musim hujan, sebaliknya rata-rata lama periode birahi pada musim hujan lebih pendek dibandingkan dibandingkan dengan lama periode birahi pada musim kemarau
Beberapa sifat reproduksi dan produksi sapi Madura pada musim hujan dan musim kemarau tidak sama.
Keunggulan Sapi Madura
Sapi Madura memiliki keunggulan yang sangat menguntungkan dan mendukung peternakan dengan cara tradisional. Maksud dalam hal ini, sifat sapi Madura yang tahan iklim tropis, bertahan dalam kualitas pakan yang kurang bagus, serta lebih tahan dari penyakit infeksi menjadikan sapi ini primadona bagi peternak yang tidak perlu mengeluarkan cost produksi terlalu tinggi
Sapi Madura merupakan sapi potong yang sangat mudah dipelihara. Selain itu, Sapi Madura juga menjadi sapi adat dimana diperuntukkan budaya ‘Karapan Sapi’ oleh masyarakat asli suku Madura. Tenaga sapi Madura juga banyak dimanfaatkan peternak untuk membantu pekerjaan baik berladang maupun berkebun serta sebagaialat transportasi sederhana untuk menjalankan kereta.
Untuk meningkatkan populasi sapi Madura juga mudah dilakukan dengan intensifikasi pemuliaan bibit ternak. Keunggulan sapi Madura yang mudah dibiakkan karena angka konsepsi yang tinggi seharusnya menjadikan populasi sapi Madura dapat terus meningkat dari tahun ke tahun. Usaha lain adalah dengan menyilangkan sapi Madura dengan jenis sapi lain, namun alangkah lebih baik jika mutu genetik yang asli dari sapi Madura tetap dipertahankan, sehingga plasma nutfah dari sapi Madura tetap terjaga.
Pentingnya Pemuliaan Sapi Madura
Kasubdit Pemuliaan Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Abdul Karnaen menyampaikan bahwa sumber daya genetik merupakan unsur penting dalam pemuliaan ternak terutama untuk mendapatkan bibit bermutu. Sumber daya genetik tersebut perlu dimanfaatkan dan dilestarikan demi menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia seharusnya bangga mempunyai sumber daya genetik hewan yang cukup banyak dan beragam seperti kambing gembrong, domba garut, sapi bali, dan sapi Madura. Pengelolaan sumber daya genetik hewan bisa dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan misalnya pembudidayaan, pemuliaan, eksplorasi, konservasi dan penetapan kawasan pelestarian.
Guna mendorong pengembangan ternak sapi lokal untuk menopang kebutuhan daging sapi di dalam negeri. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Pelaihari bekerjasama dengan UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Madura milik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyusun sejumlah langkah pengembangan Sapi Madura.
Pertama, kedua UPT tersebut melaksanakan penjaringan ternak-ternak unggul yang hasilnya akan ditampung oleh BPTU HPT dan akan dikembangkan sebagai calon pejantan atau indukan unggul. Penjaringan ternak unggul dilakukan di UPT dan Kelompok Ternak, bukan di Pasar Hewan.
Kedua, UPT mewacanakan pertukaran Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) antar kedua UPT tersebut, sehingga seluruh pihak saling bertanggung jawab terhadap pengembangan Sapi Madura.
Kepala BPTU HPT Pelaihari, Ir. Tohir, MP menyampaikan bahwa sinergitas antara dua UPT tersebut dinilai perlu dilakukan untuk mendorong populasi dan produktivitas Sapi Madura. Pertukaran Wasbitnak pun dapat dilakukan, sehingga kedua UPT lebih intensif dalam mengupayakan percepatan pengembangan Sapi Madura.
“Sinergi antara dua UPT milik pemerintah yang bergerak di bidang pembibitan ternak Sapi Madura ini sangat penting dilakukan dan sangat perlu untuk terus diupayakan. Kita perlu bertanggung jawab bersama terhadap pengembangan Sapi Madura,” ungkap Tohir dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/5/2016).
Wasbitnak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Abdurrahman Arraushany menjelaskan, Sapi Madura merupakan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) asli Indonesia yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
“Awalnya, sapi jenis ini hanya berkembang biak di Pulau Madura dan beberapa pulau di sekitarnya, dan sejumlah wilayah di Jawa Timur yang memiliki populasi suku Madura cukup banyak seperti Jember, Bondowoso, dan Pasuruan,” kata Abdurrahman.
Saat ini, Sapi Madura tercatat telah menyebar ke beberapa provinsi lain seperti Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Meski kalah pamor dengan Sapi Bali, sapi Madura memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan dan menjadi sumber protein hewani masyarakat Indonesia.
Menurut catatan sejarah, masyarakat telah mengenal Sapi Madura sejak Abad 14 M. Pemerintah secara de jure mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No 3735/Kpts/HK.040/11/2010 Tahun 2010 tentang Penetapan Rumpun Sapi Madura.
Pada tahun yang sama, Gubernur Jawa Timur lalu mengeluarkan Pergub no 59/2010, yang menyebut provinsi itu akan memaksimalkan pengembangan Sapi Madura sekaligus berupaya meningkatkan kesejahteraan peternak sapi Madura.
Uji Performans
Uji Performans merupakan salah satu upaya yang diinisiasi Pemerintah untuk meningkatkan jumlah dan mutu genetik ternak dengan jalan memilih ternak berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif dari ternak yang bersangkutan. Kegiatan uji performan ini erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran ternak dan recording (pencatatan). Kegiatan Uji Performan tidak dapat dipisahkan dengan program dan kegiatan perbibitan ternak sapi potong nasional. Karena uji performans merupakan ruh dari program pembibitan secara nasional.
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Keswan Madura, Drh. Indra Subekti menyampaikan pelaksanaan uji performans pada sapi Madura telah dilaksanakan sejak tahun 2010. “Kami telah melaksanakan kegiatan Uji Performans sejak 2010, dimana lebih dari 5.000 ekor ternak yang telah kami lakukan pengukuran. Datanya pun lengkap, sehingga data ini bisa kita gunakan untuk pengambilan kebijakan pengembangan Sapi Madura ke depan.” Ungkap Indra. Indra mencatat tahun 2015 yang lalu tak kurang dari 16 kelompok ternak telah dijadikan sasaran pelaksanaan uji performans. Dari 16 kelompok tersebut, lebih dari 800 ekor ternak yang telah diukur dan dicatat dalam setahun.
“Pada 2014 lalu kami melakukan pengukuran dan pencatatan Sapi Madura baik di Pulau Sapudi yang menjadi sentra wilayah pembibitan Sapi Madura maupun di Madura daratan. Di Pulau Sapudi telah diukur sebanyak 2.211 ekor Sapi Madura. Dari jumlah tersebut sebanyak 17%-nya lolos SNI dan kami terbitkan SKLB (Surat Keterangan Layak Bibit). Di Madura daratan, tak kurang dari 560-an ekor telah kami ukur dan sekitar 35%-nya kami terbitkan SKLB,” tambah Indra.
Keunggulan lain sapi Madura memiliki tulang kecil sehingga dalam hal persentase daging atau meat yield sangat bagus. Kualitas daging sapi Madura jantan juga super dengan warnanya yang merah cerah dan sedikit lemak bahkan hampir bisa dikatakan lean alias tanpa lemak. Sapi Madura juga merupakan jenis sapi yang tahan dengan kondisi cuaca panas dan juga adaptasi pakan yang bagus meskipun dengan jenis pakan yang jelek. Dengan berbagai keunggulan tersebut maka layak jika sapi Madura harus semakin dikembangkan dan diternakkan baik di pulau Madura sebagai asal sapi tersebut maupun didaerah lainnya. Di dalam banyak literatur peternakan, sapi Madura dikenal sebagai salah satu bangsa sapi tropis yang ada di dunia, berkembang baik di pulau Madura dan sekitarnya. Populasi sapi Madura mencapai 600.000 ekor lebih sehingga menjadikan pulau Madura sebagai pulau dengan tingkat kepadatan ternak sapi “terpadat di dunia”.
Tercatat dalam sejarah, kongres dokter hewan dan ahli peternakan Indonesia di Pamekasan tahun l925 menghasilkan keputusan yang menjadi cikal bakal staadblaat No.57 tahun l934 yang mengatur diantaranya tentang pemurnian sapi Madura di Pulau Madura dan sapi bali. Revisi staadblaat No.57 tahun l934 dengan UU No.6 tahun l976 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan dan terakhir direvisi kembali dengan UU No.l8 tahun 2009 tentang Kesehatan Hewan dan Peternakan masih mencantumkan pasal Pemurnian sapi Madura di Pulau Madura, artinya kebijakan terhadap pemurnian sapi Madura sebagai salah satu kekayaan plasma nutfah tetap dipertahankan. Hal tersebut diperkuat pula dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3735/kpts/Hk.040/11/2010 tanggal 23 november 20l0 penetapatan sapi Madura sebagai rumpun ternak lokal Indonesia.
Sekilas Tentang Karapan Sapi Di Pula Madura
Sejarah awal mula Karapan Sapi tidak diketahui secara pasti, tapi berdasarkan sumber lisan yang diwariskan turun temurun, diketahui Karapan Sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur buat lahan pertanian. Suatu hari, seorang ulama Sumenep, Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) ngenalin cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal masyarakat Madura dengan sebutan nanggala atau salaga yang ditarik pakai dua ekor sapi.
image: http://lh4.ggpht.com
Berangkat dari ketekunan bagaimana cara ia membajak sapi bekerja mengolah tanah persawahan yang berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur dan membawa hasil positif, tentu masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Papua Sapudi yang semula gersang jadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.
Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah Pangeran Katandur punya inisiatif ngajak warga di desanya untuk ngadain balapan sapi. Area tanah sawah yang udah dipanen dimanfaatin jadi arenanya. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Katandur itu yang sampai sekarang terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Cuma namanya aja yang diganti jadi lebih populer: “Karapan Sapi”.
Buat mereka yang mau ikutan lomba Karapan Sapi harus ngeluarin kocek yang nggak dikit buat melatih dan merawat sapi-sapi yang bakal bertanding. Buat ngebentuk tubuh sepasang sapi yang mau ikut Karapan, diperlukan biaya sampai Rp 4 juta biar sapi-sapinya sehat dan kuat. Sapi-sapi juga dikasih aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari sampai menjelang hari Karapan.
image: http://budaya.ijomuda.com
Ada peran magis religius di ajang Karapan Sapi ini lho, Guys. Ada perhitungan-perhitungan tertentu bagi sang pemilik sapi yang sebelum bertanding ngucapin mantra-mantra tertentu dan ada seorang dukun yang bakal mengusahakannya. Setiap tim pasti punya seorang dukun sebagai “tim ahli” untuk memenangkan perlombaan.
image: https://aws-dist.brta.in
Pada Karapan Sapi ini ada seorang joki dan dua ekor sapi yang di “paksa” berlari sekencang mungkin sampai garis finish. Joki berdiri menarik sejenis kereta kayu sambil ngendaliin gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung selama sepuluh detik sampai satu menit.
image: http://hotelku.co.id/
Pelaksanaan Karapan Sapi terbagi jadi empat babak. Babak pertama, semua sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Di babak ini semua sapi yang menang atau kalah bisa bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya. Babak kedua atau babak pemilihan kembali. Pasangan sapi pada kelompok menang bakal dipertandingkan lagi, sama halnya sapi-sapi di kelompok kalah, pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah nggak boleh bertanding lagi kecuali beberapa pasang sapi yang menempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
image: https://cdn.sindonews.net
Babak ketiga atau semifinal, pada babak ini masing-masing sapi yang menang di masing-masing kelompok diadu lagi buat nentuin tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok yang kalah. Babak keempat inilah finalnya. Sapi-sapi diaduin lagi buat nentuin juara 1, 2, dan 3 dari kelompok kalah. Piala Presiden inilah yang cuma dikasih ke juara kelompok yang menang.
Pengertian kata karapan adalah adu sapi memakai kaleles. Kaleles adalah sarana pelengkap buat dinaiki sais atau joki yang menurut istilah Madura disebut tukang tongko. Sapi-sapi yang bakal dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga jadi pasangan yang satu.
Sumber:http://web.bptukdi.info, damniloveindonesia.com dan sumber lainnya
Comments
Post a Comment